HOTLINE : (021) 7980002 EMAIL : marketing@lakesprasaryanto.com :
Lakespra Saryanto
SHARE :

Perpanjangan Usia Penerbang Hingga 65 Tahun Ditinjau Dari Aviation Psychiatry

10
12/2020
Kategori : Artikel
Komentar : 0 komentar
Author : admin


Perpanjangan Usia Penerbang Hingga 65 Tahun Ditinjau Dari Aviation Psychiatry


Srimpi Indah. Psychiatrist, Flight Surgeon

Bila melihat dari berbagai teori perkembangan, maka siklus kehidupan dan proses perubahan yang terjadi sepanjang tahun-tahun kehidupan itu terjadi menurut suatu pola yang universal, terdiri dari fase-fase yang berurutan (sequential). Peralihan dari satu fase ke fase berikutnya terjadi menurut pola yang sudah ditentukan (predestined) namun lama berlangsungnya setiap fase dapat berbeda antara individu yang ditentukan oleh faktor internal individu (konstelasi biologik-genetik) dan faktor lingkungan (psiko-sosio-edukatif).

Pada umumnya setiap fase itu dapat dikaitkan dengan kelompok umur namun dalam suatu kelompok umur tentulah tidak dapat sama pada semua orang. Tumpang tindih selalu terjadi dan pengelompokan tidak bermaksud untuk mengkotakkan individu dalam kelompok-kelompok secara kaku.

Menurut teori perkembangan Erik Erikson, usia 40-65 tahun termasuk dalam fase pertengahan (middle years), yang krisisnya adalah Generativity Stagnation. Bila dilihat dari Teori tersebut, maka mungkin saja usia pakai penerbang yang selama ini hanya sampai 60 tahun dapat diperpanjang hingga 65 tahun. Hal ini karena mereka masih dalam satu fase atau tahapan yang sama. Namun tentu ada beberapa hal yang lain yang harus dipertimbangkan, yaitu masalah psikis yang sering muncul pada usia geriatrik(tua).

Secara fisik, pada usia lebih dari 60 tahun, mereka mudah sakit/mendapat sakit sehubungan dengan menurun kondisi fisiknya. Pada tahapan usia tersebut, menjadi sakit (fisik) merupakan hal yang ekstra sulit, karena ide-ide dan rencana-rencana kehidupan yang begitu vital baginya mungkin harus ditinggalkan/dibatalkan. Penyakit dapat diartikan sebagai suatu deteriorasi karena usia dan dengan demikian dapat menimbulkan kecemasan dan depresi. Lebih-lebih bila anak-anaknya belum mandiri, maka perasaan gagal dalam menyiapkan anak-anaknya akan semakin menghantui pikirannya. Sakit menurunkan harga diri dan arti diri (dignity) yang sangat vital untuk integritas diri. Sakit menyebabkan dependensi (ketergantungan) yang semakin besar terhadap orang lain. Hal ini diartikannya sebagai membebani keluarga dan merasa diri tidak berguna lagi. Iritabilitas, amarah, depresi, atau kecemasan dapat merupakan ekspresi dari konfliknya itu.

Apa yang bisa dokter bantu? seorang dokter umum dengan ilmu flight surgeon dapat menjadi fasilitator dalam proses penyembuhan yakni sebagai tempat ventilasi, sehingga mereka dapat berbagi mengenai pikiran dan perasaannya itu. sikap dokter sangat besar peran dan pengaruhnya, agar mereka tidak makin menuju keputusasaan (Despair).

Sekjen PBB pada Hari Usia Lanjut Internasional 1 Oktober 2000 memperingatkan dunia termasuk Indonesia bahwa pertambahan penduduk octogenarian dan centenarians (the oldest old) akan mencapai 10 juta jiwa di tahun 2050. Biro Pusat Statisik sendiri melaporkan bahwa persentase warga lanjut usia tahun 2000 mencapai 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia.

Prevalensi gangguan jiwa pada usia lanjut sangat bervariasi, namun diperkirakan 25% dengan gejala psikiatrik yang bermakna. Jumlah gangguan jiwa pada orangtua diperkirakan sekitar 9 juta pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 20 juta pada abad pertengahan.

Pasien berusia lebih dari 60 tahun sering mempunyai keluhan subjektif gangguan daya ingat ringan , seperti lupa nama orang, dan salah menempatkan barang-barang. Pada pemeriksaan status mental sederhana (menggunakan MMSE) harus diperhatikan fungsi kognitifnya dan apakah mereka memerlukan alat bantu lain seperti kaca mata dan alat bantu dengar. Namun harus diperhatikan adanya roof phenomena, sebab usia dan tingkat pendidikan mempengaruhi hasil pemeriksaan MMSE. Kemudian dievaluasi kapasitasnya apakah yang bersangkutan masih tetap mandiri dan mampu melakukan kegiatan rutin sehari-hari. Dejarat kompetensi fungsional dalam perilaku sehari-hari adalah pertimbangan penting untuk membentuk rencana tatalaksana. Pada mereka dengan penurunan fungsi kognitif, tentu tidak direkomendasikan untuk terbang, karena akan sangat membahayakan.

Jadi, di satu sisi, memberikan kesempatan tetap aktif bekerja selama 5 tahun lagi pada mereka yang telah berusia 60 tahun, mungkin menguntungkan mereka, dalam arti mereka tetap merasa masih berharga dan menambah rasa percaya diri bahwa mereka tidak bergantung pada orang lain. Namun di sisi yang lain, banyak hal yang baru dipertimbangkan, agar keselamatan dalam penerbangan tetap terjaga

Perlu diwaspadai tentang penurunan kemampuan mereka untuk menerima informasi baru sehingga sebaiknya mereka tidak lagi danti type pesawat (type rating), yang mengharuskan lagi mereka belajar lagi untuk beradaptasi dengan instrumen baru. Kondisi ini diberlakukan mengingat ketidakmampuan ini dapat berdampak terjadinya kecemasan atau reaksi depresi sebagai respons dari perasaan kegagalan mereka dalam menerbangkan pesawat. Kemampuan handling yang baik dan menyingkirkan adanya dugaan demensia atau Mild Cognitive Impairment merupakan dua faktor yang penting diperhatikan. Di lain pihak, bila mereka telah mencoba sedemikian rupa namun tidak berhasil, perlu evaluasi yang lebih lanjut sebelum mengeluarkan sertifikasi layak terbang bagi mereka untuk tahun berikutnya.Gejala neuropsikiatri yang sering ditemukan pada MCI adalah depresi, anksietas, iritabilitas, dan apati.

    Camkanlah:
  • The aviator need the mental capacity to process this sensory informatin.
  • And, to initiate the appropriate action to control the aircraft safety.

Dalam evaluasi pemeriksaan kesehatan, maka data yang dimiliki psikiater harus makin lengkap mengenai penerbangan yang akan diperpanjang tersebut. Hal ini meliputi riwayat masa kanak sampai dewasa mereka, untuk memberi informasi mengenai pembentukan kepribadian dan memberi petunjuk mengenai coping mechanism yang digunakan pada saat mengalami distress. Perlu menanyakan tentang teman-teman, keluarga, olahraga, hobi, kegiatan sosial, dan pekerjaan selama ini, termasuk juga perasaan pasien mengenai pekerjaan, hubungan dengan teman, masalah dengan pemimpin, mengenai rencana ke depan, dan sikap/pandangan terhadap kondisi pensiun. Apa harapan dan ketakutannya jika ternyata mereka termasuk yang tidak masuk kualifikasi perpanjangan?

  Camkan kembali:
  • The positive coping mechanism gives some indication of how the individual will behave under distress.
  • The poor coping mechanism giving up the struggle more quickly in a crisis.

Penilaian mood/afek mutlak diperlukan, terutama untuk menilai apakah terdapat perasaan kesepian, tidak berharga, tidak berdaya, dan tidak ada harapan yang mengarah pada gejala depresi. Di Amerika Serikat, hampir 75% korban bunuh diri menderita depresi, penyalahgunaan alkohol, atau keduanya, sedangkan di Indonesia belum ada data pasti. Penerbang yang biasa menggunakan alkohol juga harusendapat perhatian. Apabila mungkin dicoba hentikan, namun bila tidak, mereka harus telah bebas alkohol dalam 24 jam terakhir sebelum terbang.

Afek depresi dan ansietas dalam taraf ringan, mungkin tidak menggangu dan masih diizinkan terbang. Namun, bila sangat eksesif tentu akan menmpengaruhi proses pikir dalam kemampuan pengambilan keputusan saat terbang. Geriatric Depression Scale dapat digunakan sebagai instrumen skrining yang menyingkirkan keluhan somatik dari daftar pernyataannya.

  Ingatlah selalu:
  • If depression or anxiety becomes excessive, it may dominate the mind which then is no longer free to make rational decisions.
  • In this state of mind a person is unfit for aviatin duties.

Hal lain yang perlu diperhatikan pada lanjut usia adalah beberapa ciri kepribadian tertentu yang akan semakin nyata pada geriatri, seperti ciri kepribadian anankastik, yang gambarannya dapat berupa “sulit diberitahu” dan “tampak semakin tidak fleksibel”. Hal ini harus dipertimbangkan apabila akan memasanngkan denganpartner terbang (co-pilot) dengan ciri kepribadian tertentu lainnya, apalagi jika usia co-pilot tersebut jauh lebih muda. Pertimbangan lain adalah jika evaluasi keterampilan terbang penerbang tersebut harus turun kualifikasi dari seorang captain yang lebih muda, mungkin jam terbang juga lebih sedikit.

   Ingatlah juga:
  • The ageing pilot personality manifesting an inflexible response to a board range of personal and social situation.

Namun, lepas dari berapapun usia penerbang tersebut, tentu safety yang tetap utama (prioritas), dengan tetap memperhatikan segitiga pengambilan keputusan fit or unfit flying setiap kali melaksanakan evaluasi kesehatan rutin tahunan.

  1. Fit or unfit for general duty : Tidak ada masalah aksis3 yang telah teratasi dan tidak menggangu aksis 1, masih boleh.
  2. Suitable or unsuitable : Bebas gangguan kepribadian atau: Tidak ada ciri kepribadian yang perlu diwaspadai.
  3. Aero medical adaptable or non AA : Memiliki kemampuan adaptasi dalam berbagai perubahan penerbangan, fleksibel, mampu untuk memberi atensi penuh selama penerbangan, dapat mentoleransi tekanan/stresor dalam tugas dan dalam pengamatan jangka panjang terbukti memiliki defens yang matur.
  4. Physically Qualified or NPQ : Tidak ada penyakit atau kondisi-kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk disqualifying.

Berita Lainnya



Tinggalkan Komentar